Dari awal tahun 2025, berita negatif soal Indonesia ngga pernah berhenti. Per tulisan ini dibuat, RUU TNI baru aja resmi jadi UU TNI dan masih banyak yang sedang berdemo di depan kantor DPR. Mundur sedikit, bahkan di pekan yang sama berita soal IHSG juga cukup ramai. Sehari penurunan sampai 5% sehingga BEI melakukan Trading Halt (sederhananya berhenti diperdagangkan sementara).
Mundur sedikit, biaya tentang efisiensi disusul dengan pengangkatan stafsus juga pemerintah yang tetap menggelar rapat di hotel dengan acara yang jauh dari kata efisien. Sebelumnya juga ramai soal klasemen korupsi (Timah, Antam dan Pertamina), juga berita soal LPG 3kg. Bahkan di dunia sepak bola yang ngga terlalu aku suka pun berita pemecatan STY sangat mendadak dan ramai.
Yah banyak banget emang berita buruk di awal 2025.
Dari segala hal buruk yang terjadi, akhirnya aku memutuskan untuk sedikit mengurangi keterpaparanku dari sosial media terutama Instagram yang memang menjadi tempat favoritku untuk membuang waktu. Singkatnya aku uninstall Instagram di HP agar setidaknya aku harus buka tablet atau PC kalau mau cek Instagram dan itu cukup mengurangi keterpaparanku dengan sosmed.
Dan disaat bersamaan ketika memutuskan untuk mengurangi keterpaparanku terhadap sosmed, aku sudah berada dititik jenuh dan lelah membaca seluruh berita negatif soal negeri ini. Akhirnya aku berpikir, sudahlah lupakan saja. Aku fokus saja untuk menyelesaikan masalah yang ada di depan mata, hal-hal sepele yang selalu disepelekan kayak beresin ruang kerja, sapu, pel, nyuci piring, dll.
Itu semua berhasil aku lakukan sampai berita soal RUU TNI masuk kedalam radar, dan aku rasa aku tidak bisa menerima hal ini.
Aku ngga gitu ngerti soal dwifungsi, dan pemahamanku soal orba sangat sedikit untuk dibilang tau. Tapi berdasarkan buku Laut Bercerita, setidaknya aku merasa RUU ini mengancam hobiku untuk membaca. Maksudnya keresahan aku soal RUU ini sederhana, aku hanya takut akhirnya tidak bisa membaca dengan bebas.
So for this one, I couldn’t resist to speak.